Sabtu, 06 Oktober 2012

KHALIFAH ABU BAKAR AS SHIDDIQ




 Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawwal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Setelah beliau wafat, pimpinan islam yang menggantikan beliau adalah “Khulafaur Rosyidin”. Kata khulafa merupakan bentuk jamak dari kata khalifa yang berarti pengganti. Adapun kata ar rasyidin berarti mendapat petunjuk. Dengan demikian, Khulafaur Rosyidin memiliki arti Para Pengganti Yang Mendapat Petunjuk. Khulafaur Rosyidin terdiri dari empat sahabat utama Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar As Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abu Thalib.
Abu Bakar adalah khalifah pertama yang memimpin umat Islam setelah Rasulullah wafat. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah seorang pedagang yang sederhana, yang dengan rahasia serta kemukjizatan Al Qur’an… ia menjadi laki-laki yang menjadi symbol pengorbanan, kesungguhan, dan kejantanan. Inilah mu’jizat Al Qur’an. Ia mengubah seseorang dari manusia biasa dan sederhana menjadi manusia yang mampu mengendalikan dunia dan memenuhinya dengan keadilan, rahmat, dan kemanusiaan yang sebelumnya dipenuhi dengan penganiayaan dan kedzoliman.
Termasuk hal yang sangat sulit, ketika kita berbicara tentang Abu Bakar, beliau adalah kamus dalam akhlaq, keberanian, dan keagungan.

A.      Biografi
Abu Bakar lahir di Makkah pada tahun 573 M dari keturunan Bani Tamim (At Tamimi), suku bangsa Quraisy. Bernama asli Abdullah bin Abi Quhafah. Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Abu Bakar dilahirkan dua tahun lebih beberapa bulan sesudah tahun gajah. Usianya lebih muda 2 tahun dari Nabi SAW. Bapaknya bernama Abu Quhafah, sedangkan Ibunya Ummul Khoir, yakni Salma binti Shakhr. Ia termasuk orang yang pertama-tama masuk Islam di rumah Al Arqam bin Abdul Arkam.
Tetapi, setelah masuk Islam namanya diganti oleh Rasulullah sehingga menjadi Abu Bakar. Ia dijuluki al ‘atiq, berdasarkan satu riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah menjulukinya dengan julukan ini. Iaa dijuluki ‘atiq pada masa jahiliyah sebelum Rasulullah diutus, karena ketampanan wajahnya atau kebagusan akhlaqnya. Beliau juga dijuluki dengan Ash Shiddiq, karena membenarkan Nabi SAW saat ada peristiwa Isra’ Mi’raj pada hari dimana penduduk Makkah mendustakannya.
Pada masa Jahiliyah (sebelum masuk Islam) Abu Bakar adalah seorang saudagar kaya. Beliau sering melakukan perjalanan dagang untuk menjajakan barang dagangannya. Pada masa itu masyarakat Arab sangat suka hidup berfoya-foya. Mereka gemar berpesta pora dengan berjudi, minum-minuman keras, dan berzina. Namun Abu Bakar tidak pernah meniru kehidupan bangsa Arab umumnya. Beliau selalu menjauhi perbuatan maksiat, bahkan beliau tidak pernah menyembah berhala sehingga hati Abu Bakar bersih dan mudah menerima ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Sebelum masuk Islam Abu Bakar mempunyai kekayaan sebesar 40.000 dirham dari perdagangannya. Meskipun demikian, Abu Bakar tidak pernah hidup boros atau berfoya-foya. Setelah Abu Bakar masuk Islam dan ikut hijrah ke Madinah bersama Rasulullah harta kekayaan tersebut tinggal 5.000 dirham. Abu Bakar rela membelanjakan uangnya untuk membantu Rasulullah dalam menyiarkan agama Islam.
B.      Awal Kepemimpinan
Sesaat setelah Nabi Muhammad wafat, situassi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad tidak menunjukcalon penggantinya secara pasti. Dua kelompok yang merasa paling berhak untuk dicalonkan sebagai pengganti Nabi Muhammad adalah kaum Muhajirin dan kaum Ansar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang paling tepat menggantikan posisi kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang  pertama yang menerima Islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum Muhajirin mengusulkan Abu Bakar As Shiddiq sebagai pengganti Nabi. Mereka memperkuat usul itu dengan kenyataan bahwa Abu Bakar As Shiddiq adalah orang yang menggantikan Nabi Muhammad menjadi imam shalat ketika Nabi sakit.
                Di pihak lain, kaum Ansar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat menggantikan posisi kepemimpinan Nabi Muhammad. Mereka mengemukakan alasan bahwa Islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan kaum Ansar . Kaum Ansar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW.
                Perbedaan pendapat antara dua kelompok terrsebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khattab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah adalah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak. Akhirnya Umar bin Khattab membaiat Abu Bakar As Shiddiq menjadi khalifah yang pertama. Beliau memegang jabatan sebagai khalifah kaum muslimin pada usia 61 tahun. Beliau menjabat selama dua tahun lebih beberapa bulan.
                Setelah diba’iat menjadi khalifah, Abu Bakar mengucapkan pidato singkat yang isinya :
                “Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusan kalian, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kamu. Jika aku menjalankan tugasku dengan baik ikutilah aku. Tetapi jika aku berbuat salah sudilah kamu membetulkannya. Orang yang kamu pandang kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak darinya. Sedangkan orang yang  kamu pandang lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepada aku, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi bilamana aku tidak manaati Allah dan Rasul-Nya maka kamu tidak patut menaatiku.”
Pidato Abu Bakar ini  menunjukkan kepribadiannya yang rendah hati, tulus, dan jujur. Sebagai pimpinan umat ia sangat mencintai kebenaran berdasarkan syariat islam dan selalu menjunjung nilai tinggi keadilan, kemerdekaan, persamaan, kebersamaan, dan permusyawaratan.
               
C.      Cara Memimpin
D.      Fokus Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar
a.       Kebijakan Pemerintah
1.       Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintah, Abu Bakar diuji dengan adanya ancaman yang datang  dari umat islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Diantara perbuatan makar tersebut ialah timbulnya orang-orang yag murtad, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang- orang yang mengaku menjadi nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.
2.       Kebijakan Kenegaraan
a.       Bidang eksekutif
pendelegasian tugas-tugas pemerintahan pusat menunjuk Ali  bin Abi Tholib, Usman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekertaris Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Untuk daerah-daerah kekuasaan islam dibentuk provinsi-provinsi dan untuk sebuah provinsi dibentuk sebuah amir.
b.      Pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas didalam maupun diluar negeri diantara panglima yang ada ialah Kholid bin Walid, Musannah bin Haritsa, Amr bin Ash, Zaid bin Sufyan, dll.
c.       Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama pemerintahan abu bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat sendiri dan masyarakat pada waktu itu dikenal alim.
d.      Sosial ekonomi
Sebuah lembaga mirip denga baitul mal didalamnya dikelola harta benda yang didapat dari zakat, infaq, shadaqah, ghanimah,dll. Penggunaan harta tersebut untuk gaji pegawai Negara dan untuk kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.


E.       Prestasi Khalifah Abu Bakar As Shiddiq
Semenjak diresmikan menjadi khalifah, Abu Bakar menghadapi berbagai permasalahan dengan muncul nabi-nabi palsu, timbulnya gerakan kaum munafik dan gerakan penentang kewajiban membayar zakat. Namun dalam masa kepemimpinan
Abu Bakar terdapat beberapa prestasi yang beliau capai, hal ini dapat tergambarkan seperti dibawah ini :
   1.      Melanjutkan Ekspedisi ke Syiria.
Sebelum wafatnya Rasulullah, beliau mengirimkan ekspedisi  ke Syiria di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, putera dari Zaid bin Harits. Namun Usamah mengurungkannya ketika  dalam perjalanan mendengar berita wafatnya Nabi.  Maka melanjutkan ekspedisi ke Syiria merupakan prioritas  utama kebijakan Abu Bakar, keputusan tersebut ditempuh oleh beliau justru ketika situasi dalam negeri sedang dilanda krisis stabilitas, sehingga pengiriman ekspedisi ini sempat diusulkan para sahabat untuk ditarik kembali ke Madinah untuk membantu mengatasi masalah dalam negeri seperti memerangi orang-orang murtad, orang yang enggan membayar zakat serta pemberontakan lainnya. Namun usulan itu ditolak oleh Abu Bakar karena pengiriman tersebut merupakan amanah Rasulullah. Setelah 40 hari berperang melawan orang-orang Romawi di Syiria, akhirnya ekspedisi Usamah meraih kemenangan, keberhasilan ini menimbulkan opini positif bahwa Islam tetap jaya , tidak akan hilang seiring dengan wafatnya Rasulullah.
     2.      Memberantas Gerakan Nabi Palsu, Kaum Murtad dan Kaum Musyrik.
Masa kekhalifahan Abu Bakar merupakan masa kritis perjalanan syiar Islam  karena dihadapkan sejumlah masalah seperti kemurtadan dan ketidaksetiaan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk  pada pemerintah Madinah, mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad , dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat, beberapa anggota suku muslim menolak untuk membayar zakat kepada khalifah untuk baitul māl (perbendaharaan publik), untuk menghadapinya Abu Bakar  bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan sikap terhadap mereka dan dengan tegas mengambil keputusan terhadap orang yang ingkar membayar zakat, kini persoalan dalam negeri yang terakhir adalah penyelesaian terhadap pemberontakan yang digerakkan oleh nabi-nabi palsu. Maka dari itu, Abu Bakar membentuk 11 pasukan dan menunjuk pimpinannya masing-masing, di antaranya yaitu: Khalid bin Walid diutus untuk memerangi Thulaihah bin Khuwalid, seorang nabi palsu dan Malik bin Marwan seorang pemberontak. Ikrimah bin abi Jahl ditugaskan memerangi Musailamah al-Kahzab merupakan nabi palsu di Yamamah, Muhajir bin abi Umaiyyah memerangi al-Aswad al-Ansiy, Amr ibn Ash ditugaskan ke daerah Qudaah, Said bin Ash ditugaskan ke daerah Syiriah. Pasukan tersebut telah menunaikan tugasnya dan membawa hasil yang gemilang, beberapa nabi palsu seperti Thulaihah diinsafkan dan akhirnya menjadi mukmin yang  baik.
Setelah permasalahan besar dalam negeri dapat diatasi dengan baik, Abu Bakar menfokuskan pada kebijakan luar negeri  yakni menyelamatkan suku-suku Arab dari penganiyaan pemerintah Persia. Untuk misi ini Abu Bakar kembali mengirimkan Khalid bin Walid dengan pasukannya ke Iraq dan akhirnya bertempur dengan tentara Persia pada tahun 12 H/ 633 M.

     3.      Pengumpulan Mushaf Alquran.
Prestasi lainnya adalah upaya pengumpulan Alquran. Dari dialog Umar bin Khattab dengan Abu Bakar bahwa begitu banyak para huffadz Alquran yang sahid di medan pertempuran, sehingga dikhawatirkan dapat merusak kelestarian Alquran itu sendiri di masa akan datang. Melalui kesaksian sejumlah sahabat yang pernah mendapat pengajaran Alquran dari Rasulullah, dikumpulkan dan disalin kembali oleh Zaid bin Tsabit atas instruksi Abu Bakar. Akhirnya Alquran terhimpun dalam bentuk mushaf yang dikenal dengan nama mushaf usmani.
Meskipun Abu Bakar menjabat khalifah relatif singkat yaitu 2 tahun 3 bulan, beliau berhasil membina dan mempertahankan eksistensi  persatuan dan kesatuan umat Islam diberbagai suku dan bangsa, dan Islam sebagai agama besar dunia melalui sikapnya mengalihkan perhatian kepada penaklukan yang membawa kemenangan gemilang dibeberapa wilayah perbatasan imperium Bizantium.
Di saat kemenangan demi kemenangan diraih pasukan Muslim, Abu Bakar dikabarkan jatuh sakit pada tanggal 7 Jumadil Akhir setelah menderita sakit dan meninggal dunia setelah menderita sakit selama 15 hari, beliau meninggal pada malam selasa tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 H dalam usia 63 tahun.

F.       Penggantian Khalifah Abu Bakar
Setelah abu bakar memegang pimpinan pemerintahan islam selama 2 tahun 3 bulan lebih 10 hari beliau menderita sakit kepala selama 16 hari akhirnya pada hari senin tanggal 21 jumadil akhir 3 H atau 22 agustus 634 M beliau menghadap sang khalik. Beliau wafat pada umur 63 tahun.  Jenazahnya dimakamkan disamping makam Rasulullah. Di masjid Nabawi Madinah. Disaat abu bakar wafat barisan depan pasukan islam sedang mengancam palestina, irak, dan kerajaan hirah.