Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang putri yang
terkenal dengan nama Putri Ulin. Dia tinggal sendirian di tengah hutan jauh
dari perkampungan. Ayahnya telah lama meninggal karena dipatuk ular, sedangkan
ibunya meninggal kemudian setelah terlalu sedih ditinggal suaminya.
Suatu hari, Putri Ulin pergi ke hutan untuk mencari
makanan disana untuk dibawa kerumah. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan
seorang nenek tua yang ingin pergi ke sungai. “Sedang apa kau ke hutan ini
sendirian anak cantik?”, dengan herannya. “Sedang mencari makanan nek, dirumah
sudah tidak ada persediaan makanan. Sedangkan saat ini saya sudah tidak
mempunyai sepeserpun uang untuk membeli makan. Akhirnya, saya memutuskan untuk
pergi ke hutan ini untuk mencari makanan yang sekiranya masih layak untuk
dimakan”, Putri menjawab dengan lemah lembut dan sopan. Dengan perasaan iba
nenek tersebut mengajak Putri untuk pergi kerumahnya. Disana Putri Ulin
dihidangkan makanan yang cukup enak dan mengenyangkan. Nenek itu masih ingin
bertanya tentang kehidupannya, tapi ia memutuskan untuk menahan pertanyaan itu
karena dengan lahapnya Putri memakan makanan pemberiannya. Setelah selesai
menyantap hidangan nenek, Putri Ulin tertidur di meja makan. Akhirnya, nenek
meninggalkan Putri yang tertidur dan ia harus kembali ke kerajaan untuk
mengantar cucian yang ia cuci di sungai. Beberapa jam kemudian Putri terbangun
dari tidurnya dan dia kebingungan mencari nenek tersebut, akhirnya dia memutuskan
untuk menunggu di rumah nenek. Saat matahari mulai terbenam, nenek pulang lalu
menemui Putri yang sepertinya sudah sedari tadi menunggunya pulang. “Lho, anak
cantik sudah bangun nak”, kata nenek. “Panggil saja Putri Ulin, nek”, kata
Putri. “Oh, nak Putri ayo masuk hari sudah mulai gelap”, kata nenek. Tapi Putri
Ulin sepertinya dia ingin pulang, dia takut nanti selalu merepotkan nenek
nantinya apabila dia terlalu lama tinggal dirumah nenek. “Tidak nek, saya ingin
pamit pulang kerumah saja, tidak enak dengan nenek nanti saya merepotkan nenek
terus”, kata Putri. “Jangan nak, tidak apa-apa tinggal saja disini bersama
dengan nenek. Nenek juga sendirian disini hanya sebatang kara”, sahut nenek.
“Benarkah nek?” Putri menjawab dengan kaget dan bercampur senang. “Benar nak
Putri”, ucap nenek. “Akhirnya Putri punya teman, semenjak ditinggal oleh orang
tua Putri, Putri tinggal sendiri dirumah. Putri juga hanya sebatang kara, tidak
punya satupun sanak saudara yang Putri punya. Putri bersyukur sekali bisa bertemu
dengan nenek”, sahut Putri. Setelah mendengar cerita dari Putri, nenek
tertunduk lama. “Tetapi nenek besok tidak bisa menemani nak Putri. Nenek harus
bekerja di sebuah kerajaan dekat dengan perkampungan setiap harinya. Kamu tidak
apa ditinggal nenek bekerja?” tanya nenek. “Sebenarnya Putri tidak masalah
kalau ditinggal nenek bekerja. Tetapi Putri tidak ingin melihat nenek yang
bekerja, nenek sudah terlalu tua. Apa boleh Putri yang menggantikan nenek untuk
bekerja di kerajaan itu?” Dengan mata berkaca-kaca, nenek berkata dalam hati,
ternyata masih ada seorang Putri yang mempunyai hati yang tulus seperti Putri
Ulin. “Bagaimana nek?” tanya Putri lagi. “Apa Putri sanggup bekerja di
kerajaan? Disana cukup banyak yang dikerjakan, nenek takut nanti Putri tidak sanggup
dan tidak kuat untuk bekerja disana”, tanya nenek. “Putri sanggup nek, Putri
bisa, semenjak ditinggal oleh kedua orang tua Putri. Putri melakukan semua
pekerjaan rumah sendirian, pasti Putri bisa,” jawab Putri dengan antusias.
Karena mendengar jawaban Putri yang antusias, akhirnya nenek menyetujui tawaran
Putri. “Baiklah nak, besok pagi ikutlah nenek pergi ke kerajaan. Nenek akan
mengenalkanmu pada tangan kanan raja yang bernama Putra Usman, karena dialah
yang mengurusi masalah seperti ini. Sekarang kita tidur”, sahut nenek. “Iya
nek,” jawab Putri.
Keesokan harinya, Putri bersama nenek melakukan
perjalanan menuju Istana dimana tempat nenek bekerja. Sesampainya disana
banyaknya pengawal penjaga pintu istana. Dengan adanya nenek, Putri terlindungi
karena pengawal sudah mengenal nenek lebih dulu. Pengawal-pengawal
mempersilahkan nenek dan Putri untuk masuk ke Istana. Setelah beberapa lama
menunggu, akhirnya Putra Usman muncul. Lalu nenek segera menceritakan semuanya
kepada Putra Usman. Akhirnya Putra Usman menyetujui permintaan nenek karena Putra
Usman percaya kepada nenek karena nenek bekerja di kerajaan sejak Raja Umar
masih kecil dan nenek dianggap orang yang baik, jujur dan sabar dalam melakukan
semua pekerjaan di kerajaan. Pada saat itu juga Putri mulai bekerja, sebelum
memulai untuk bekerja Putri diberi daftar pekerjaan yang harus dikerjakan
setiap harinya. Setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya Putri pulang kerumah
nenek dengan membawa makanan. Setiap hari Putri melakukan itu dengan ikhlas dan
sabar.
Suatu ketika, saat melakukan perjalanan pulang Putri
seperti ada yang membuntutinya. Dia ketakutan saat itu, tetapi dia berusaha
tenang dan berfikir bahwa itu bukan apa-apa dan akan baik-baik saja. Tetapi
firasat itu semakin lemah dan dia semakin ketakutan. Lalu dia dibekap dari
belakang oleh seseorang bertopeng hingga dia tidak sadarkan diri. Sebelum Putri
dibawa oleh penjahat itu, Putri diselamatkan oleh Putra Usman dan dibawa menuju
rumah nenek. Setelah sampai di rumah nenek, ternyata nenek sudah cemas menunggu
kepulangan Putri. Tetapi nenek kaget melihat Putri digotong oleh Putra Usman.
Lalu nenek menyuruh Putra Usman untuk menaruh Putri dalam kamar, nenek
mempersilahkan Putra Usman duduk. “Putri kenapa tuan?”, tanya nenek dengan
cemas. “Putri tadi dibekap oleh penjahat nek, tapi untung dia masih belum
diapa-apain oleh penjahat itu”, jawab Putra. “Syukurlah kalau begitu tuan, saya
dirumah sudah cemas menunggu kedatangan Putri sedari tadi”. “Sudah nek, jangan
cemas Putri tidak apa-apa dia hanya pingsan saja, mungkin sebentar lagi juga
siuman. Oh iya nek jangan pernah bercerita terhadap Putri bahwa saya yang telah
menolongnya. Tolong ya nek, jaga rahasia ini, hanya kita berdua saja yang tahu
ini. Saya buru-buru pamit pulang ke kerajaan nek, nanti takutnya Raja Umar
mencari saya. Terima kasih nek.” “Iya tuan, hati-hati,” kata nenek. Setelah
beberapa lama Putri siuman. “Siapa yang membawaku kerumah nek?”, tanya Putri.
“Dia yang menyelamatkanmu nak, sudah tidak perlu kamu tahu siapa, nanti suatu
saat kamu juga akan tahu siapa yang menyelamatkanmu. Sekarang kamu istirahat
saja nak, besok kamu boleh tidak kerja di kerajaan karena nenek sudah
mengijinkanmu”, jawab nenek. “Tidak nek, besok saya tetap kerja dan saya akan
mencari tahu siapa orang yang telah menyelamatkan nyawa saya”, ungkap Putri.
“Semua terserah padamu saja nak, ya sudah sekarang kamu istirahat saja”, kata
nenek. Sebelum Putri melanjutkan tidurnya, dia berkata dan berjanji dalam
hatinya, dia akan berusaha mencari tahu siapa yang telah menyelamatkan nyawanya
dan dia berjanji apabila yang menyelamatkan itu adalah seorang pria dia akan
berusaha untuk menjadikannya suami tetapi apabila itu perempuan dia akan
berjanji menjadikannya sebagai saudaranya.
Putri bekerja seperti biasa di kerajaan, dan dia juga
penasaran terhadap orang yang telah menyelamatkannya. Dia yakin bahwa yang
menyelamatkannya adalah orang kerajaan tapi dia masih belum tahu siapa dia.
Setiap hari dia berdoa kepada Tuhan agar diberikan petunjuk siapa yang telah
menyelamatkan nyawanya.
Saat
di tidurnya dia bermimpi bertemu dengan kakek tua. “Yang menyelamatkanmu adalah
seseorang yang sangat baik, bijaksana dan dia adalah orang yang sangat
dipercaya”, kata kakek. “Siapa dia kek?”, tanya Putri yang masih penasaran.
Tetapi kakek tersebut sudah menghilang. Lalu Putri terbangun dan berfikir orang
baik yang seperti kakek sebutkan yang Putri tahu hanya dua orang yaitu nenek
dan Putra Usman. Putri juga berfikir bahwa tidak mungkin nenek yang menolongnya
karena nenek sudah terlalu tua. Lalu dia langsung bergegas menuju kerajaan dan
bertanya kepada Putra Usman langsung. “Eh, Putri bagaimana kabarmu? Kata nenek
kamu habis sakit ya?”, tanya Putra. “Baik-baik saja kok tuan, saya sudah sehat
sekarang”, jawab Putri. “Maaf tuan saya mau menanyakan sesuatu, maaf ini agak
pribadi. Jadi begini, apa benar tuan yang menyelamatkan saya waktu saya dibekap
oleh penjahat?”, tanya Putri. Lama Putra Usman terdiam sampai akhirnya Putri
menanyakan lagi sampai Putra Usman menjawab. Akhirnya Putra Usman berkata “Kamu
tahu ini dari siapa? Apa nenek yang menceritakannya kepadamu Putri?” “Bukan
tuan, saya mengerti dari mimpi saya. Nenek sama sekali tidak menceritakan ini
kepada saya”, jawab Putri. “Kamu sungguh wanita yang baik Putri tidak salah
kalau Raja Umar menyukaimu setelah melihat kamu, kamu melakukan pekerjaan
begitu ikhlas. Selain itu kamu juga wanita yang cantik, dia mencari wanita
seperti kamu. Apa kamu mau dipersunting oleh Raja Umar? Kalau masalah pekerjaan
saya sudah mempunyai penggantimu.” “Tapi tuan, saya…”, jawab Putri bingung.
Putri hanya ingin dipersunting oleh Putra Usman, karena dia yang telah menolong
Putri. Sebenarnya, Putra juga menyukai Putri, tetapi Putra mengalah demi
Rajanya. Karena dia mengabdi sebagai tangan kanan raja, itu sudah sebagai
anugrah terindah yang dia miliki. Jadi, Putra harus merelakan Putri dan
perasaannya kepada Raja Umar. Lalu akhirnya Putri bingung dan menjawab, “Tuan
beri saya waktu untuk berpikir dahulu.” “Waktumu mengambil keputusan hanya
sehari Putri”, kata Putra Usman. Lalu Putri segara bergegas untuk pulang.
Putri
tidak ada habisnya berdoa dan berdoa kepada Tuhan. Malam itu juga dia bermimpi
bertemu dengan seorang kakek tua lagi. “Sudahlah nak, terimalah Raja Umar
sebagai pendampingmu suatu saat kamu akan mengerti. Akan ada waktunya kamu akan
bahagia.” Kakek itu langsung menghilang begitu saja. Keesokan harinya, Putri
menuju ke kerajaan lagi untuk menemui Putra Usman. “Baik tuan, saya menerima
Raja Umar sebagai pendamping hidup saya tetapi saya punya permintaan nenek juga
ikut bersama saya di kerajaan ini”, kata Putri. “Baiklah Putri kalau itu
keputusanmu saya akan menanyakan pada Raja Umar”, kata Putra Usman. Setelah
Putra Usman menanyakan kepada Raja Umar, Raja Umar menyetujui permintaan Putri.
Setelah
beberapa lama perkawinan itu, Putri Ulin dan Raja Umar tidak dikaruniai seorang
anak. Raja Umar-pun juga mengalami sakit yang sangat parah. Hingga pada akhirnya
Raja Umar meninggal dan semua harta jatuh kepada Putri Ulin.
Setelah
beberapa lama kematian Raja Umar, perasaan Putri Ulin yang masih menginginkan
Putra Usman sebagai pendamping hidupnya sekarang menjadi kenyataan. Mereka
hidup bahagia bersama dan juga dikaruniai dua orang anak. Mereka berdua
berjanji untuk hidup selamanya dan bahagia. Mereka yakin Tuhan itu Maha Adil
dan selalu mengerti terhadap perasaan hambanya. Mereka juga yakin bahwa jodoh
dan takdir hanya Tuhan yang mengatur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar