Selasa, 18 Desember 2012

Putri Ulin



            Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang putri yang terkenal dengan nama Putri Ulin. Dia tinggal sendirian di tengah hutan jauh dari perkampungan. Ayahnya telah lama meninggal karena dipatuk ular, sedangkan ibunya meninggal kemudian setelah terlalu sedih ditinggal suaminya.
            Suatu hari, Putri Ulin pergi ke hutan untuk mencari makanan disana untuk dibawa kerumah. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seorang nenek tua yang ingin pergi ke sungai. “Sedang apa kau ke hutan ini sendirian anak cantik?”, dengan herannya. “Sedang mencari makanan nek, dirumah sudah tidak ada persediaan makanan. Sedangkan saat ini saya sudah tidak mempunyai sepeserpun uang untuk membeli makan. Akhirnya, saya memutuskan untuk pergi ke hutan ini untuk mencari makanan yang sekiranya masih layak untuk dimakan”, Putri menjawab dengan lemah lembut dan sopan. Dengan perasaan iba nenek tersebut mengajak Putri untuk pergi kerumahnya. Disana Putri Ulin dihidangkan makanan yang cukup enak dan mengenyangkan. Nenek itu masih ingin bertanya tentang kehidupannya, tapi ia memutuskan untuk menahan pertanyaan itu karena dengan lahapnya Putri memakan makanan pemberiannya. Setelah selesai menyantap hidangan nenek, Putri Ulin tertidur di meja makan. Akhirnya, nenek meninggalkan Putri yang tertidur dan ia harus kembali ke kerajaan untuk mengantar cucian yang ia cuci di sungai. Beberapa jam kemudian Putri terbangun dari tidurnya dan dia kebingungan mencari nenek tersebut, akhirnya dia memutuskan untuk menunggu di rumah nenek. Saat matahari mulai terbenam, nenek pulang lalu menemui Putri yang sepertinya sudah sedari tadi menunggunya pulang. “Lho, anak cantik sudah bangun nak”, kata nenek. “Panggil saja Putri Ulin, nek”, kata Putri. “Oh, nak Putri ayo masuk hari sudah mulai gelap”, kata nenek. Tapi Putri Ulin sepertinya dia ingin pulang, dia takut nanti selalu merepotkan nenek nantinya apabila dia terlalu lama tinggal dirumah nenek. “Tidak nek, saya ingin pamit pulang kerumah saja, tidak enak dengan nenek nanti saya merepotkan nenek terus”, kata Putri. “Jangan nak, tidak apa-apa tinggal saja disini bersama dengan nenek. Nenek juga sendirian disini hanya sebatang kara”, sahut nenek. “Benarkah nek?” Putri menjawab dengan kaget dan bercampur senang. “Benar nak Putri”, ucap nenek. “Akhirnya Putri punya teman, semenjak ditinggal oleh orang tua Putri, Putri tinggal sendiri dirumah. Putri juga hanya sebatang kara, tidak punya satupun sanak saudara yang Putri punya. Putri bersyukur sekali bisa bertemu dengan nenek”, sahut Putri. Setelah mendengar cerita dari Putri, nenek tertunduk lama. “Tetapi nenek besok tidak bisa menemani nak Putri. Nenek harus bekerja di sebuah kerajaan dekat dengan perkampungan setiap harinya. Kamu tidak apa ditinggal nenek bekerja?” tanya nenek. “Sebenarnya Putri tidak masalah kalau ditinggal nenek bekerja. Tetapi Putri tidak ingin melihat nenek yang bekerja, nenek sudah terlalu tua. Apa boleh Putri yang menggantikan nenek untuk bekerja di kerajaan itu?” Dengan mata berkaca-kaca, nenek berkata dalam hati, ternyata masih ada seorang Putri yang mempunyai hati yang tulus seperti Putri Ulin. “Bagaimana nek?” tanya Putri lagi. “Apa Putri sanggup bekerja di kerajaan? Disana cukup banyak yang dikerjakan, nenek takut nanti Putri tidak sanggup dan tidak kuat untuk bekerja disana”, tanya nenek. “Putri sanggup nek, Putri bisa, semenjak ditinggal oleh kedua orang tua Putri. Putri melakukan semua pekerjaan rumah sendirian, pasti Putri bisa,” jawab Putri dengan antusias. Karena mendengar jawaban Putri yang antusias, akhirnya nenek menyetujui tawaran Putri. “Baiklah nak, besok pagi ikutlah nenek pergi ke kerajaan. Nenek akan mengenalkanmu pada tangan kanan raja yang bernama Putra Usman, karena dialah yang mengurusi masalah seperti ini. Sekarang kita tidur”, sahut nenek. “Iya nek,” jawab Putri.
            Keesokan harinya, Putri bersama nenek melakukan perjalanan menuju Istana dimana tempat nenek bekerja. Sesampainya disana banyaknya pengawal penjaga pintu istana. Dengan adanya nenek, Putri terlindungi karena pengawal sudah mengenal nenek lebih dulu. Pengawal-pengawal mempersilahkan nenek dan Putri untuk masuk ke Istana. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya Putra Usman muncul. Lalu nenek segera menceritakan semuanya kepada Putra Usman. Akhirnya Putra Usman menyetujui permintaan nenek karena Putra Usman percaya kepada nenek karena nenek bekerja di kerajaan sejak Raja Umar masih kecil dan nenek dianggap orang yang baik, jujur dan sabar dalam melakukan semua pekerjaan di kerajaan. Pada saat itu juga Putri mulai bekerja, sebelum memulai untuk bekerja Putri diberi daftar pekerjaan yang harus dikerjakan setiap harinya. Setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya Putri pulang kerumah nenek dengan membawa makanan. Setiap hari Putri melakukan itu dengan ikhlas dan sabar.
            Suatu ketika, saat melakukan perjalanan pulang Putri seperti ada yang membuntutinya. Dia ketakutan saat itu, tetapi dia berusaha tenang dan berfikir bahwa itu bukan apa-apa dan akan baik-baik saja. Tetapi firasat itu semakin lemah dan dia semakin ketakutan. Lalu dia dibekap dari belakang oleh seseorang bertopeng hingga dia tidak sadarkan diri. Sebelum Putri dibawa oleh penjahat itu, Putri diselamatkan oleh Putra Usman dan dibawa menuju rumah nenek. Setelah sampai di rumah nenek, ternyata nenek sudah cemas menunggu kepulangan Putri. Tetapi nenek kaget melihat Putri digotong oleh Putra Usman. Lalu nenek menyuruh Putra Usman untuk menaruh Putri dalam kamar, nenek mempersilahkan Putra Usman duduk. “Putri kenapa tuan?”, tanya nenek dengan cemas. “Putri tadi dibekap oleh penjahat nek, tapi untung dia masih belum diapa-apain oleh penjahat itu”, jawab Putra. “Syukurlah kalau begitu tuan, saya dirumah sudah cemas menunggu kedatangan Putri sedari tadi”. “Sudah nek, jangan cemas Putri tidak apa-apa dia hanya pingsan saja, mungkin sebentar lagi juga siuman. Oh iya nek jangan pernah bercerita terhadap Putri bahwa saya yang telah menolongnya. Tolong ya nek, jaga rahasia ini, hanya kita berdua saja yang tahu ini. Saya buru-buru pamit pulang ke kerajaan nek, nanti takutnya Raja Umar mencari saya. Terima kasih nek.” “Iya tuan, hati-hati,” kata nenek. Setelah beberapa lama Putri siuman. “Siapa yang membawaku kerumah nek?”, tanya Putri. “Dia yang menyelamatkanmu nak, sudah tidak perlu kamu tahu siapa, nanti suatu saat kamu juga akan tahu siapa yang menyelamatkanmu. Sekarang kamu istirahat saja nak, besok kamu boleh tidak kerja di kerajaan karena nenek sudah mengijinkanmu”, jawab nenek. “Tidak nek, besok saya tetap kerja dan saya akan mencari tahu siapa orang yang telah menyelamatkan nyawa saya”, ungkap Putri. “Semua terserah padamu saja nak, ya sudah sekarang kamu istirahat saja”, kata nenek. Sebelum Putri melanjutkan tidurnya, dia berkata dan berjanji dalam hatinya, dia akan berusaha mencari tahu siapa yang telah menyelamatkan nyawanya dan dia berjanji apabila yang menyelamatkan itu adalah seorang pria dia akan berusaha untuk menjadikannya suami tetapi apabila itu perempuan dia akan berjanji menjadikannya sebagai saudaranya.
            Putri bekerja seperti biasa di kerajaan, dan dia juga penasaran terhadap orang yang telah menyelamatkannya. Dia yakin bahwa yang menyelamatkannya adalah orang kerajaan tapi dia masih belum tahu siapa dia. Setiap hari dia berdoa kepada Tuhan agar diberikan petunjuk siapa yang telah menyelamatkan nyawanya.
Saat di tidurnya dia bermimpi bertemu dengan kakek tua. “Yang menyelamatkanmu adalah seseorang yang sangat baik, bijaksana dan dia adalah orang yang sangat dipercaya”, kata kakek. “Siapa dia kek?”, tanya Putri yang masih penasaran. Tetapi kakek tersebut sudah menghilang. Lalu Putri terbangun dan berfikir orang baik yang seperti kakek sebutkan yang Putri tahu hanya dua orang yaitu nenek dan Putra Usman. Putri juga berfikir bahwa tidak mungkin nenek yang menolongnya karena nenek sudah terlalu tua. Lalu dia langsung bergegas menuju kerajaan dan bertanya kepada Putra Usman langsung. “Eh, Putri bagaimana kabarmu? Kata nenek kamu habis sakit ya?”, tanya Putra. “Baik-baik saja kok tuan, saya sudah sehat sekarang”, jawab Putri. “Maaf tuan saya mau menanyakan sesuatu, maaf ini agak pribadi. Jadi begini, apa benar tuan yang menyelamatkan saya waktu saya dibekap oleh penjahat?”, tanya Putri. Lama Putra Usman terdiam sampai akhirnya Putri menanyakan lagi sampai Putra Usman menjawab. Akhirnya Putra Usman berkata “Kamu tahu ini dari siapa? Apa nenek yang menceritakannya kepadamu Putri?” “Bukan tuan, saya mengerti dari mimpi saya. Nenek sama sekali tidak menceritakan ini kepada saya”, jawab Putri. “Kamu sungguh wanita yang baik Putri tidak salah kalau Raja Umar menyukaimu setelah melihat kamu, kamu melakukan pekerjaan begitu ikhlas. Selain itu kamu juga wanita yang cantik, dia mencari wanita seperti kamu. Apa kamu mau dipersunting oleh Raja Umar? Kalau masalah pekerjaan saya sudah mempunyai penggantimu.” “Tapi tuan, saya…”, jawab Putri bingung. Putri hanya ingin dipersunting oleh Putra Usman, karena dia yang telah menolong Putri. Sebenarnya, Putra juga menyukai Putri, tetapi Putra mengalah demi Rajanya. Karena dia mengabdi sebagai tangan kanan raja, itu sudah sebagai anugrah terindah yang dia miliki. Jadi, Putra harus merelakan Putri dan perasaannya kepada Raja Umar. Lalu akhirnya Putri bingung dan menjawab, “Tuan beri saya waktu untuk berpikir dahulu.” “Waktumu mengambil keputusan hanya sehari Putri”, kata Putra Usman. Lalu Putri segara bergegas untuk pulang.
Putri tidak ada habisnya berdoa dan berdoa kepada Tuhan. Malam itu juga dia bermimpi bertemu dengan seorang kakek tua lagi. “Sudahlah nak, terimalah Raja Umar sebagai pendampingmu suatu saat kamu akan mengerti. Akan ada waktunya kamu akan bahagia.” Kakek itu langsung menghilang begitu saja. Keesokan harinya, Putri menuju ke kerajaan lagi untuk menemui Putra Usman. “Baik tuan, saya menerima Raja Umar sebagai pendamping hidup saya tetapi saya punya permintaan nenek juga ikut bersama saya di kerajaan ini”, kata Putri. “Baiklah Putri kalau itu keputusanmu saya akan menanyakan pada Raja Umar”, kata Putra Usman. Setelah Putra Usman menanyakan kepada Raja Umar, Raja Umar menyetujui permintaan Putri.
Setelah beberapa lama perkawinan itu, Putri Ulin dan Raja Umar tidak dikaruniai seorang anak. Raja Umar-pun juga mengalami sakit yang sangat parah. Hingga pada akhirnya Raja Umar meninggal dan semua harta jatuh kepada Putri Ulin.
Setelah beberapa lama kematian Raja Umar, perasaan Putri Ulin yang masih menginginkan Putra Usman sebagai pendamping hidupnya sekarang menjadi kenyataan. Mereka hidup bahagia bersama dan juga dikaruniai dua orang anak. Mereka berdua berjanji untuk hidup selamanya dan bahagia. Mereka yakin Tuhan itu Maha Adil dan selalu mengerti terhadap perasaan hambanya. Mereka juga yakin bahwa jodoh dan takdir hanya Tuhan yang mengatur.